Followers

Tentang Rumah Singgah dan Langit

Sunday 17 April 2016

Sore itu entah apa yang membawaku ke Ini_Kedai, sekedar untuk duduk-duduk atau menikmati seblak basah sambil melamun, nikmat memang.
Masih teringat jelas di ingatan, beberapa pekan sebelum itu aku tidak tidur delapan belas hari, keluar rumahpun sungkan, berat hati mungkin tepatnya.

Suara cempreng Ica membuyarkan lamunanku, "Kak, kita ke Rumah Singgah Pondok Bina Seni Budaya, yuk?"

"Boleh", jawabku masih sungkan

Ica dengan semangatnya yang menggebu-gebu selalu membuatku terbakar dan berapi-api. Akhirnya akupun ikut-ikutan semangat. Hih
Sambil menyeruput minuman, dengan seksama aku mendengarkan cerita Ica tentang Rumah Singgah, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul setengah enam sore, mendung, seakan-akan mengisyaratkan kepadaku apa yang di rasakan adik-adik di Rumah Singgah.

**

Beberapa meter sebelum memasuki halaman Rumah Singgah, tetiba perasaanku mulai gundah, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang haru, mungkin ini kali pertama aku menyambangi Rumah Singgah, mungkin.

Siang itu kita (Aku, Kak Azuwan, Ica,Yuk Gita) menginjakan kaki di halaman Rumah Singgah serta disusul kakak-kakak yang lain (Linggau Kompak, Relawan).
Kita membawakan meja belajar untuk adik-adik, harapannya semoga mereka makin giat dan semangat belajar. Aamiin
Oiya, siang itu kita dan adik-adik belajar bersama cara menggosok gigi dan mencuci tangan dengan baik dan benar. Jadi keterusan inget bulet, bulet, buletnya Kak Chandra. Hehe

Adik-adik di Rumah Singgah PBSB dengan meja belajarnya masing-masing

Dengan bertemu mereka (adik-adik Rumah Singgah) sejenak aku dapat melupakan keluh kesah tentang hidup, harusnya aku malu dengan mereka, aku yang masalah hidupnya tak seberapa besar tapi bereaksi seperti bumi akan runtuh hari ini. Hmm

Jujur, siang itu aku benar-benar menyembunyikan air mata yang mendera. Dibalik riuhnya kebersamaan, aku merasakan keharuan. Dalam benakku "harusnya ini menjadi titik balik untuk semua mimpi-mimpiku yang terbengkalai", kuncinya mungkin semangat, seperti apa yang di perlihatkan adik-adik di Rumah Singgah, kala itu.

Foto bersama kakak-kakak dan adik-adik Rumah Singgah PBSB

Pangeran dan putri kecil di Rumah Singgah itu, mereka sudah singgah dalam hati dan benakku, aku seperti menemukan keluarga baru, bahkan lebih dari itu.
Aku yakin mereka akan menjadi pelukis-pelukis langit, lentera yang akan menyembunyikan semua kelam, hingga yang ada akan jadi lebih berwarna.
   
       
 Belajar membuat prakarya dari botol bekas, main games, dll

**

Untuk segala yang jauh, untuk semua angan-angan, jangan sampai kita cuma singgah di Rumah Singgah. Ingatkan jika aku mulai melalaikan adik-adik, ingatkan jika semangatku mulai goyah.

Pada awan kita sering berumpama, berandai, bila daun dan tangkai ini dewasa semoga meninggikan hidup mereka, seperti "langit" yang tak perlu menjelaskan bahwa dia tinggi.





Kewirausahaan Rumah Singgah PBSB

**




Belajar bercocok tanam bersama adik-adik Rumah Singgah

Riuh rasa di emban mereka melewati hari, kemana mereka akan menuju? Bukankah kita harus menyatukan rasa, menggapai mimpi bersama.
Aku merasakan rindu yang tiada habis kepada mereka, kadang sampai menyeruak ke ubun-ubun. Aku rindu kalian, aku sayang kalian :')

2 Comments:

Rusydinat said...

ciyee bang dian ngeblog lagi :D

seru ya bisa saling berbagi kayak gini :')

Dian Wardanaaa said...

Tapi pasti jarang-jarang nulis nyus :(

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...